seperti bola getah ia melantun kembali
menghentak dada saya dengan sekuatnya
Ada garis retakan yang terhasil
tiap ketawa dan ucapan lembut yang lahir dari bibirnya
retakan ini semakin merebak
denyutan jantung berombak menolak-nolak dada saya
nafas saya mulai sesak
bersama cengkaman yang melekat di dada
Pantas wajahnya hadir dalam kelabu
samar namun senyuman itu paling saya kenali
paling cantik paling madu
paling yang terakhir
Malam ini tuan puan
malam ini lagi sekali saya mati
malam yang entah ke berapa puluh ratus ribu
Dan
demi Tuhan saya mohon
biarlah ini yang terakhir
No comments:
Post a Comment